Jumat, 08 Januari 2010

Sejarah Pulau Komodo

Sejarah Pulau Komodo, Padar, Rinca, Gili Motong

Pada tahun 1910 orang Belanda menamai pulau di sisi selatan Provinsi Nusa Tenggara Timur ini dengan julukan Pulau Komodo. Cerita ini berawal dari Letnan Steyn van Hens Broek yang mencoba membuktikan laporan pasukan Belanda tentang adanya hewan besar menyerupai naga di pulau tersebut. Steyn lantas membunuh seekor komodo tersebut dan membawa dokumentasinya ke Museum and Botanical Garden di Bogor untuk diteliti.

Pulau Komodo, Padar, Rinca, Gili Motong dan perairan sekitar dinyatakan taman nasional seluas 75.000 hektar pada 6 Maret 1980. Kemudian diperluas menjadi 219.322 hektar di 1984 dibawah Keputusan Menteri 46/kpts/VI-Sek/1984 untuk memasukkan perluasan kawasan lautan dan bagian daratan Flores. Pulau di Padar dan bagian Rinca pertama kali dilindungi pada 1938 ketika mereka di dirikan sebagai cagar alam dan diperluas pada 1965 ketika Pulau Komodo dikukuhkan dibawah Keputusan Menteri No. 66. Komodo secara internasional dikenal sebagai Cagar Alam Biosfer dibawah Man and the Biosphere Programme (MAB) UNESCO pada 1977 dan tertulis di Daftar Warisan Dunia pada 1991.

Tahun 2009, Taman Nasional Komodo dinobatkan menjadi finalis "New Seven Wonders of Nature" yang baru diumumkan pada tahun 2010.

Lokasi Geografis Pulau Komodo

Taman Nasional Komodo (8°24'-8°50'S, 119°21'-119°49'E) merupakan Situs Warisan Dunia yang terletak di Propinsi Nusa Tenggara di Selat Sape antara Flores dan Sumbawa. Akses ke desa Komodo menggunakan perahu dari Labuan Bajo di ujung barat laut Flores atau dari Sape di pantai Timur Sumbawa.

Antropologi Pulau Komodo

Mayoritas masyarakat di sekitar Taman merupakan nelayan yang berasal dari Bima (Sumbawa), Manggarai, Flores Selatan, dan Sulawesi Selatan. Mereka yang berasal dari Sulawesi Selatan adalah dari suku Bahjau atau Bugis. Suku Bajau aslinya adalah pengembara dan berpindah dari satu lokasi ke lokasi lain di daerah Sulawesi, Busa Tenggara, dan Maluku, untuk mencari pencaharian. Keturunan asli orang Komodo, Ata Modo, masih tinggal di Komodo, tetapi tidak asli karena budaya dan bahasa mereka lambat-laun telah tergabung dengan pendatang. Sedikit yang diketahui dari sejarah awal penduduk Komodo. Mereka sebelumnya adalah warga dari Kesultanan Bima.

Lingkungan Fisik Darat Pulau Komodo

Topografi : Topografinya sangat bervariasi, dengan lereng dari 0 – 80%. Terdapat sedikit tanah datar, dan umumnya dekat dengan pantai. Ketinggian bervariasi dari permukaan laut sampai 735 m di atas permukaan laut. Puncak tertinggi adalah Gunung Satalibo di Pulau Komodo.

Geologi : Pulau-pulau di Taman Nasional Komodo aslinya adalah gunung berapi. Kawasannya merupakan pertemuan 2 lempeng benua: Sahul dan Sunda. Pergesekan dari dua lempeng ini menyebabkan letusan gunung berapi yang besar dan menyebabkan dorongan keatas dasar laut. Komodo Barat kemungkinan terbentuk selama jaman Jurasic lebih kurang 130 juta tahun lalu. Komodo Timur, Rinca, Padar lebih kurang terbentuk 49 juta tahun lalu semala masa Eocene.

Iklim : Taman Nasional Komodo mempunyai curah hujan sedikit atau tidak selama lebih kurang 8 bulan dalam 1 tahun, dan sangat berdampak pada musim hujan. Tingkat kelembapan yang tinggi hanya ditemukan di hutan dataran tinggi di pegunungan. Suhu umumnya berada di kisaran 170C – 340C, dengan rata-rata kelembapan 36%. Dari November sampai Maret angin datang dari barat dan menyebabkan gelombang besar yang menghantam seluruh pantai barat Pulau Komodo. Dari April sampai Oktober angin kering dan gelombang besar menghantam pantai utara Pulau Rinca dan Komodo.

Ekosistem Darat Pulau Komodo

Ekosistem darat sangat kuat dipengaruhi oleh iklim: musim panas yang panjang dengan suhu yang tinggi dan curah hujan rendah, dan musim hujan musiman. Taman ini berada di perpindahan antara flora/fauna Australia dan Asia. Ekosistem darat termasuk savana terbuka, hutan musim gugur, dan hutan dataran tinggi. Savana menutupi 70 % dari Taman. Tanaman savana yang dominan adalah pohon lontar Borassus flabellifer, yang muncul sendiri-sendiri atau tersebar. Rumput termasuk Eulalia leschenaultiana, Setaria adhaerens, Chloris barbata, Heteropogon contortus dan, di daerah lebih tinggi, Themeda spp. termasuk T. frondosa dan T. triandra. Alang-alang Imperata cylindrica sangat mencolok karena kejarangannya. Hutan gugur tropis muncul sepanjang dasar bukit dan lembah, di cirikan oleh spesies pohon seperti Sterculia foedita, Oroxylum indicum, Tamarindus indica, Zizyphus horsfeldi, Schleichera oleosa, Cassia javanica, Murraya paniculata, Diospyros javanica, Harrisonia brownii dan Piliostigma malabaricum. Hutan dataran tinggi muncul 500 m diatas puncak. Meskipun hanya menutupi sebagian wilayah Pulau Komodo, hutan ini menjadi pelabuhan flora dari banyak spesies endemik. Hal ini dicirikan dengan bebatuan yang diselimuti lumut, rotan, bambu dan banyak spesies pohon yang tidak ada di ketinggian rendah. Ini termasuk Terminalia zollingeri, Podocarpus neriifolius, Uvaria rufa, Ficus drupacea, Callophyllum spectabile, Mischocarpus sundaicus, Colona kostermansiana dan Glycosmis pentaphylla.

Karena iklim kering, kekayaan spesies tanaman darat sangat rendah. Mayoritas spesies darat adalah tanaman tahan kering dan mempunyai adaptasi untuk membantu mengambil dan mendapatkan air. Kebakaran telah memilih spesies yang tahan api, seperti rumput, semak-semak, anggrek, dan pohon. Spesies pohon makanan yang penting untuk fauna lokal seperti Jatropha curkas, Zizyphus sp., Opuntia sp., Tamarindus indicus, Borassus flabellifer, Sterculia foetida, Ficus sp., Cicus sp., Kedongdong hutan , and Kesambi.

Fauna darat di Pulau Komodo

Fauna darat lebih miskin keragaman dibandingkan fauna laut. Jumlah spesies hewan darat yang ditemukan di Taman tidak banyak, tetapi kawasan ini penting untuk melestarikan seperti betapa spesies merupakan endemik. Banyak mamalia merupakan asli Asia (seperti rusa, babi hutan, kera, dan musang). Beberapa dari reptil dan burung merupakan asli Australia. Termasuk burung gosong, sedikit kakak tua, dan noisy friarbird.
Reptil: Reptil paling terkenal di Taman Nasional Komodo adalah Naga Komodo. Diantara reptil terbesar di dunia dan dapat mencapai panjang 3 meter atau lebih dan berat lebih dari 70 kg.
Selain dari Naga Komodo, 12 spesies ular tanah ditemukan di pulau ini. Termasuk kobra, ular misa, dan ular pohon. Kadal termasuk 9 spesies skink, Gekkonidae, Dibamidae, dan tentu saja Varanidae. Katak termasuk katak kerbau asia Kaloula baleata, Oreophyne jeffersoniana and Oreophyne darewskyi, Mereka biasanya ditemukan di ketinggian yang lembab.
Mamalia: mamalia termasuk rusa Timor Cervus timorensis, mangsa utama Naga Komodo, kuda Equus sp., kerbau air Bubalus bubalis, babi hutan Sus scrofa vittatus, kera ekor panjang Macaca fascicularis, musang kelapa Paradoxurus hermaphroditus lehmanni, tikus endemik Rinca Rattus rintjanus, dan kelelawar buah. Ditemukan juga kambing, anjing, dan kucing lokal.
Burung: salah satu spesies burung utama adalah burung gosong Megapodius reinwardti, burung yang tinggal di darat. Di kawasan savana, 27 spesies di amati. Geopelia striata dan Streptopelia chinensis merupakan spesies paling umum. Pada percampuran habitat gugur, 28 spesies burung diamati. Philemon buceroides, Ducula aenea, dan Zosterops chloris merupakan yang umum.

Lingkungan Fisik Laut Pulau Komodo

Laut merupakan 67% dari Taman. Kedalaman perairan terbuka di Taman antara 100 m dan 200 m. Selat diantara Rinca dan Flores dan antara Padar dan Rinca, keseluruhannya dangkal (30-70 m), dengan arus pasang yang kuat. Kombinasi arus kuat, batu karang, dan pulau membuat navigasi sekitar pulau sulit dan bahaya. Tempat perlindungan tersedia di teluk Loh Liang di pantai timur Komodo, pantai tenggara Padar, dan teluk Loh Kima dan Loh Dasami di Rinca.
Di Utara Taman, suhu air berada diantara 25-29°C. Di tengah, suhu diantara 24-28°C. Suhu terendah di Selatan, berada di 22-28°C. Kadar garam air sebanyak 34 ppt dan airnya sangat jernih, meskipun air di dekat pulau umumnya keruh.

Ekosistem Laut Pulau Komodo

Indonesia satu-satunya daerah ekuator di dunia dimana terdapat pertukaran flora dan dauna laut diantara Samudera Hindia dan Samudera Pasifik. Tiga ekosistem utama di Taman Nasional Komodo adalah rumput laut, batu karang, dan hutan bakau.

Flora Laut Pulau Komodo

Tiga tanaman utama laut pinggiran adalah alga, rumput laut, dan pohon bakau. Alga adalah tanaman primitif yang tidak mempunyai akar, daun, atau batang. Alga terpenting pembangun karang adalah alga karang merah yang mengeluarkan kapur sehingga dapat menata dan mempererat karang mati bersama-sama. Rumput laut merupakan tanaman modern yang memproduksi bunga, buah, dan bibit untuk reproduksi. Seperti nama mereka di sarankan, mereka umumnya seperti rumput pisau besar tumbuh dibawah air di pasir dekat pantai. Thallasia sp. and Zastera spp. sdalah spesies umum yang ditemukan di Taman. Pohon Bakau dapat tumbuh di tanah asin atau air, dan ditemukan di seluruh Taman. Penilaian dari sumber bakau di kenali setidaknya 19 spesies dari bakau asli dan beberapa spesies bakau campuran di perbatasan Taman.

Rabu, 06 Januari 2010

Fauna Laut Pulau Komodo

Taman Nasinal Komodo termasuk salah satu lingkungan laut terkaya. Taman ini terdiri dari foram, filum cnidira, sponge, cumi-cumi, cacing laut, moluska, echinodermata, crustacea, kartilaginosa dan ikan bertulang, reptil laut, dan mamalia laut. Beberapa spesies terkenal dengan nilai komersial tinggi termasuk timun laut Holothuria, Napoleon wrasse Cheilinus undulatus, dan kerapu.

Minggu, 03 Januari 2010

BATIK


Batik adalah salah satu cara pembuatan bahan pakaian. Selain itu batik bisa mengacu pada dua hal. Yang pertama adalah teknik pewarnaan kain dengan menggunakan malam untuk mencegah pewarnaan sebagian dari kain. Dalam literatur internasional, teknik ini dikenal sebagai wax-resist dyeing. Pengertian kedua adalah kain atau busana yang dibuat dengan teknik tersebut, termasuk penggunaan motif-motif tertentu yang memiliki kekhasan. Batik Indonesia, sebagai keseluruhan teknik, teknologi, serta pengembanganmotif dan budaya yang terkait, oleh UNESCO telah ditetapkan sebagai Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Nonbendawi (Masterpieces of the Oral and Intangible Heritage of Humanity) sejak 2 Oktober

Kata "batik" berasal dari gabungan dua kata bahasa Jawa: "amba", yang bermakna "menulis" dan "titik" yang bermakna "titik".

Corak batik

Ragam corak dan warna Batik dipengaruhi oleh berbagai pengaruh asing. Awalnya, batik memiliki ragam corak dan warna yang terbatas, dan beberapa corak hanya boleh dipakai oleh kalangan tertentu. Namun batik pesisir menyerap berbagai pengaruh luar, seperti para pedagang asing dan juga pada akhirnya, para penjajah. Warna-warna cerah seperti merah dipopulerkan oleh Tionghoa, yang juga mempopulerkan corak phoenix. Bangsa penjajah Eropa juga mengambil minat kepada batik, dan hasilnya adalah corak bebungaan yang sebelumnya tidak dikenal (seperti bunga tulip) dan juga benda-benda yang dibawa oleh penjajah (gedung atau kereta kuda), termasuk juga warna-warna kesukaan mereka seperti warna biru. Batik tradisonal tetap mempertahankan coraknya, dan masih dipakai dalam upacara-upacara adat, karena biasanya masing-masing corak memiliki perlambangan masing-masing.

Baju Batik di Indonesia

Pada awalnya baju batik kerap dikenakan pada acara acara resmi untuk menggantikan jas. Tetapi dalam perkembangannya apda masa Orde Baru baju batik juga dipakai sebagai pakaian resmi siswa sekolah dan pegawai negeri (batik Korpri) yang menggunakan seragam batik pada hari Jumat. Perkembangan selanjutnya batik mulai bergeser menjadi pakaian sehari-hari terutama digunakan oleh kaum wanita. Pegawai swasta biasanya memakai batik pada hari kamis atau jumat.

Cara pembuatan Batik

Semula batik dibuat di atas bahan dengan warna putih yang terbuat dari kapas yang dinamakan kain mori. Dewasa ini batik juga dibuat di atas bahan lain seperti sutera, poliester, rayon dan bahan sintetis lainnya.Motif batik dibentuk dengan cairan lilin dengan menggunakan alat yang dinamakan canting untuk motif halus, atau kuas untuk motif berukuran besar, sehingga cairan lilin meresap ke dalam serat kain. Kain yang telah dilukis dengan lilin kemudian dicelup dengan warna yang diinginkan, biasanya dimulai dari warna-warna muda. Pencelupan kemudian dilakukan untuk motif lain dengan warna lebih tua atau gelap. Setelah beberapa kali proses pewarnaan, kain yang telah dibatik dicelupkan ke dalam bahan kimia untuk melarutkan lilin.

Tips dan Trik Merawat Batik

Ada beberapa hal yang perlu Anda perhatikan agar busana atau kain batik Anda tetap indah, diantaranya adalah sebagai berikut :

  1. Mencuci kain batik dengan menggunakan shampo rambut. Sebelumnya, larutkan dulu shampo hingga tak ada lagi bagian yang mengental. Setelah itu baru kain batik dicelupkan. Anda juga bisa menggunakan sabun pencuci khusus untuk kain batik yang dijual di pasaran.
  2. Pada saat mencuci batik jangan digosok dan jangan gunakan deterjen. Jika batik Anda tidak terlalu kotor maka Anda bisa mencucinya dengan air hangat. Tapi jika batik Anda terkena noda maka Anda bisa mencucinya cukup dengan sabun mandi saja. Akan tetapi jika nodanya masih membandel maka Anda bisa menghilangkannya dengan kulit jeruk pada bagian yang kotor saja. Janganlah mencuci kain batik dengan menggunakan mesin cuci.
  3. Setelah kotoran hilang Anda harus menjemurnya di tempat yang teduh tetapi Anda tidak perlu memerasnya, biarkan saja kain tersebut mengering secara alami. Pada saat menjemur sebaiknya Anda tarik bagian tepi kain agar serat kain yang terlipat kembali seperti sediakala.
  4. Hindari penyetrikaan secara langsung, jika terlalu kusut Anda bisa semprotkan air di atas kain batik Anda lalu lapisi batik Anda dengan kain lainnya. Hal ini untuk menghindari kain batik Anda terkena panas langsung dari setrikaan.
  5. Bila Anda ingin memberi pewangi dan pelembut kain pada batik tulis, jangan disemprotkan langsung pada kainnya. Sebelumnya, tutupi dulu kain dengan koran, lalu semprotkan cairan pewangi dan pelembut kain. Sebaiknya Anda tidak menyemprotkan parfum atau minyak wangi langsung ke kain atau pakaian berbahan batik sutera berpewarna alami.
  6. Sesudah disetrika sebaiknya Anda simpan batik Anda dalam plastik agar tidak dimakan ngengat. Sebaiknya Anda jangan memberi kapur barus karena zat padat ini terlalu keras sehingga bisa merusak kain batik Anda. Ada baiknya Anda beri merica atau lada yang dibungkus dengan tisu lalu masukkan dalam lemari pakaian Anda untuk mengusir ngengat. Atau Anda bisa menggunakan akar wangi yang sebelumnya Anda celup ke dalam air panas kemudian dijemur, lalu dicelup sekali lagi ke dalam air panas dan dijemur. Setelah akar wangi tersebut kering Anda baru bisa menggunakannya.

Jenis batik Menurut teknik dan Asal Pembuatan

§ Menurut Teknik

- Batik tulis adalah kain yang dihias dengan teksture dan corak batik menggunakan tangan. Pembuatan batik jenis ini memakan waktu kurang lebih 2-3 bulan.

- Batik cap adalah kain yang dihias dengan teksture dan corak batik yang dibentuk dengan cap ( biasanya terbuat dari tembaga). Proses pembuatan batik jenis ini membutuhkan waktu kurang lebih 2-3 hari.

Pembuatan batik cap

§ Menurut asal pembuatan

- Batik Jawa

Batik Jawa adalah sebuah warisan kesenian budaya orang Indonesia, khususnya daerah Jawa yang dikuasai orang Jawa dari turun temurun. Batik Jawa mempunya motif-motif yang berbeda-beda. Perbedaan motif ini biasa terjadi dikarnakan motif-motif itu mempunyai makna, maksudnya bukan hanya sebuah gambar akan tetapi mengandung makna yang mereka dapat dari leluhur mereka, yaitu penganut agama animisme, dinamisme atau Hindu dan Buddha. Batik jawa banyak berkembang di daerah Solo atau yang biasa disebut dengan batik Solo.

- Batik Tiga Negeri

Motif Batik Tiga Negeri merupakan gabungan batik khas Lasem, Pekalongan dan Solo, pada jaman kolonial wilayah memiliki otonomi sendiri dan disebut negeri. Mungkin kalau hanya perpaduan motifnya yang khas masing-masing daerah masih wajar dan biasa, tetapi yang membuat batik ini memiliki nilai seni tinggi adalah prosesnya.
Konon menurut para pembatik, air disetiap daerah memiliki pengaruh besar terhadap pewarnaan, dan ini masuk akal karena kandungan mineral air tanah berbeda menurut letak geografisnya. Maka dibuatlah batik ini di masing-masing daerah. Pertama, kain batik ini dibuat di Lasem dengan warna merah yang khas, seperti merah darah, setelah itu kain batik tersebut dibawa ke Pekalongan dan dibatik dengan warna biru, dan terakhir kain diwarna coklat sogan yang khas di kota Solo.
Mengingat sarana transportasi pada zaman itu tidak sebaik sekarang, maka kain Batik Tiga Negeri ini dapat dikatakan sebagai salah satu masterpiece batik.

- Batik Buketan Pekalongan

Secara historis, ada tiga jenis batik Pekalongan. Yang pertama, adalah batik lokal. Hal ini dilakukan dengan menggunakan gaya lokal. Pola tidak merujuk kepada raja 'aturan, tetapi membawa kemajuan pasar dengan menggunakan produk terjual dengan cepat.

Yang kedua adalah "batik encim". Hal ini dilakukan di Cina, dan dapat ditetapkan dalam 3 kategori. Pola didasarkan pada "buketan aksesoris," cina budaya, dan berbagai lukisan.Yang ketiga adalah "batik londo" yang dibuat di Belanda aksesoris merupakan kebudayaan Belanda

Batik Pekalongan yang telah dihasilkan pada 1942-1945 muncul setelah Perang Dunia II ketika Jepang menduduki Indonesia. Oleh karena itu, dalam kerja sama perdagangan Indonesia dengan Belanda selama ini. Jadi itu tak dikelantang polos kain celup dan perdagangan. Ia memimpin kurangnya pasokan. Jika ada, harga terlalu mahal. Dalam periode ini, yang dibuat produsen batik yang baru. Ia lebih canggih dan dibuat oleh pelaksana "Padat Karya system (sistem kerja penuh). Tujuannya adalah untuk membuat lambat dan tidak kehilangan karyawan. Tanpa sengaja, ia membawa dampak yang besar.Batik Jawa Hokokai dikenal kemudian.